SAVE ME PLEASE !
Oleh :
Cicin Resnawati,S.Pd.I,Gr
(Guru SDN 2 Sukamukti Banyuresmi Garut)
Kasus bullying di Indonesia
sudah sering sekali terdengar. Bahkan ada juga yang berakhir dengan kematian.
Oleh karena itu, menghentikan bullying harus dilakukan oleh semua pihak baik
itu keluarga maupun sekolah. Bullying harus dihentikan sekarang juga! Mengapa?
Karena dampaknya sangat luas sekali mulai dari prestasi akademis, kehidupan
sosial, kesehatan mental dan fisik anak, hingga keselamatan nyawa anak.
Satuan pendidikan adalah salah satu
lingkungan yang rentan akan tindakan bullying,keberagaman yang ada di sekolah
terkadang membuka peluang terjadinya perundungan.Perundungan dapat terjadi
antara guru ke siswa,guru ke guru,siswa ke guru atau yang paling sering adalah
siswa ke siswa.
Tahun 2022 saya ditugas kan di sekolah yang baru,yang memiliki lingkungan
sosial yang berbeda dengan tempat
tinggal saya.Saat pertama kali datang ke sekolah tersebut,saya sempat merasa
heran dengan perilaku siswa siswa di sana,mereka memanggil teman nya dengan
nama orang tua mereka,saya tegur dan mereka menjawab bahwa hal tersebut sudah
biasa.Suatu hari di saat jam istitrahat, saya mendapat laporan dari seorang
siswa bahwa dia menyaksikan penyiksaan fisik yang dilakukan oleh seorang siswa
kelas 5, saat itu saya adalah wali kelas 5 dan ironis nya yang menjadi korban
adalah teman dekat dari si pelaku itu sendiri,mendengar hal tersebut saya
langsung memberi peringatan dan nasehat kepada pelaku dan siswa lainnya serta
memberikan edukasi tentang perundungan.
Akibat dari peristiwa tersebut korban mengalami memar memar dan demam
selama beberapa hari dan yang pasti dia menjadi takut untuk pergi ke sekolah,saya
yang merasa panik,karena jujur saja hal seperti itu baru pertama kali saya
alami,langsung menemui orang tua korban dan meminta maaf karena hal tersebut
terjadi karena adanya kelalaian dari saya sebagai guru atau orang tua di
sekolah,saya juga membawa anak yang menjadi pelaku ke rumah temanya tersebut
dengan tujuan meminta maaf,alhamdulillah orang tua korban kooperatif dan mau
memaafkan karena memang kedua anak ini berteman buka hanya di sekolah tetapi
juga di luar sekolah.
Setelah peristiwa itu terjadi saya
kira tidak akan terulang kembali,namun perkiraan saya salah selang beberapa
minggu kemudian terjadi lagi hal serupa dengan pelaku yang sama namun korban
yang berbeda bahkan yang menjadi korban ada yang berasal dari kelas bawah
umumnya mereka mendapatkan perundungan secara fisik dan verbal juga
sosial.Bahkan ada salah seorang wali murid yang datang ke sekolah dengan marah
marah dan langsung menampar si pelaku dan dia berniat membawa kasus ini keranah
hukum.Sebelum hal itu terjadi saya bersama rekan guru lainnya berusaha
memediasi dengan mempertemukan orang tua korban dan pelaku,akhirnya dari
perbincangan kami masalah tersebut dapat diselesaikan dengan cara kekeluargaan.
Berdasarkan hal tersebut,saya berpikir ini tidak dapat dibiarkan karena
akan sangat berdampak bagi nama baik satuan pendidikan dimana saya mengabdi dan
saya tidak mungkin bekerja sendiri dalam menyelesaikan permasalahan ini,saya
bertekad untuk memutus mata rantai perundungan yang terjadi di sekolah
ini.Langkah awal adalah berkoordinasi dengan rekan sejawat dan menceritakan
semua hal yang saya alami, dari pembicaraan kami dapat saya simpulkan bahwa
anak yang menjadi pelaku sudah terbiasa melakukan hal tersebut dan guru guru
yang ada di satuan pendidikan ini sudah merasa lelah karena terlalu sering memberikan nasihat dan peringatan
berupa skorsing namun hasilnya dirasa kurang berhasil karena beberapa waktu
kemudian hal serupa akan terulang kembali,akhirnya guru guru memberikan
peringatan kepada murid lain agar mengurangi interaksi dengan pelaku.
Saya merasa tertarik dengan latar belakang pelaku,ternyata pelaku adalah
anak yang berasal dari keluarga broken home dan berada di lingkungan yang keras
yang mengutamakan kekerasan fisik dalam menyelesaikan setiap permasalahan,dia
adalah anak yang sedari kecil kehilangan sosok seorang ayah (Fatherless) dan dibesarkan oleh seorang
ibu yang merangkap tulang punggung sehingga dia kekurangan kasih sayang dan
perhatian dari keluarganya yang seharusnya menjadi tempat ternyaman untuk dia
pulang,dan hal ini yang akhirnya membentuk karakteristik anak tersebut.
Berdasarkan informasi yang saya dapatkan dapat saya identifikasi bahwa anak
ini sedang berusaha memenuhi kebutuhan dasar hidupnya sebagai manusia,yaitu mendapatkan
rasa aman baik rasa aman secara fisik maupun emosional,kebutuhan sosial yang
meliputi rasa cinta,kasih sayang dan kepemilikan,kebutuhan mendapat penghargaan
dan kebutuhan mengaktualisasi diri ,karena dia tidak mendapatkan hal tersebut
dari keluarga nya sehingga dia mencari perhatian dari kelurga dan orang lain
walaupun caranya salah dan tugas kita sebagai guru dan orang tua untuk menuntun
dan membimbing anak tersebut agar menemukan jati diri dan potensi diri sehingga
dia dapat berkembang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan tentunya
berkembang secara positif.
Hal pertama yang saya lakukan adalah mendekati anak yang menjadi pelaku
perundungan secara pribadi dengan pendekatan secara emosional,selalu melibatkan
dia dalam proses pembelajaran secara aktif,melibatkan dia dalam setiap kegiatan
ekstrakurikuler seperti pramuka dan olahraga sesuai dengan minat anak tersebut
serta mengikutserta kan dia dalam struktur organigram kelas yang saya beri
tanggung jawab sebagai seksi keamanan,dengan memberikan tanggung jawab sedikit
ada perubahan dari anak tersebut,dia
lebih terbuka mengungkapkan keinginan dan ide nya dan juga penurut dari
sebelumnya karena mungkin dia merasa bahwa dia lebih dihargai dan orang orang
di sekitarnya selalu menganggap dia ada dan juga penting.
Saya berharap,satuan pendidikan tempat saya mengabdi menjadi lembaga
pendidikan yang bebas perundungan,maka dari itu saya berdiskusi dengan kepala
sekolah dan rekan sejawat untuk menanngani masalah ini agar tidak berlanjut
karena saya menyadari sebagai guru atau
fasilitator pendidikan kita harus peka dengan situasi dan kondisi yang dihadapi
murid.Jangan sampai hal-hal yang menyebabkan tidak nyaman atau bahkan
membahayakan murid terjadi secara terus menerus. Maka,kita harus menghapuskan
bibit-bibit bullying sedini mungkin, seperti memanggil nama siswa dengan nama
ayahnya, menghina bentuk fisik, merampas benda-benda, atau menyakiti fisik.
Apapun dalihnya, bercanda sekalipun, hal seperti itu tidak dapat dibenarkan.
Untuk penanganan perundungan secara kelembagaan sekolah kami menerapkan
gerakan “embun pagi”yakni satu gerakan yang yang diluncurkan oleh Dinas
Pendidikan Kabupaten Garut,bertujuan untuk membangun harmonisasi, empati dan
simpati, antara guru, siswa serta warga sekolah lainya.Setiap pagi guru guru
menyambut kedatangan murid muridnya,jadi guru harus datang lebih awal ke
sekolah dari pada murid dari gerakan ini juga kita menerapkan 5S yakni
senyum,salam,sapa,sopan dan santun.Selain program embun pagi ini sekolah kami
juga melakukan praktik baik seperti PANJI (Pagi mengaji),setiap pagi sebelum
dimulai proses pembelajaran murid diharuskan untuk membaca satu surah pendek
yang dipimpin oleh salah satu murid dan surah yang dibaca akan berganti
seminggu sekali.Praktik baik lainnya
yang ada di sekolah kami adalah JURI (Jum’at Religi) kegiatan jumat
religi ini berisi shalat dhuha bersama,tausiah dan sadaqah.dan uang yang
terkkumpul dari kegiatan ini diberikan kepada teman mereka yang sedang sakit
atau pun anak yatim yang kurang mampu,sebagai bentuk empati kepada sesama.
Selain praktik praktik baik yang kami terapkan,pihak sekolah bekerjasama
dengan pihak terkait seperti BABINSA/BABINKANTIBMAS juga selalu melakukan
sosialisasi terkait perundungan ini, bentuk-bentuk sosialisasi dilakukan dengan
cara menempelkan poster-poster anti bullying, menyelipkan pesan anti bullying
dalam pembelajaran, atau ketika kepala sekolah atau guru memberikan amanat pada
saat upacara bendera dan memberikan penyuluhan terkait perundungan oleh pihak
terkait secara berkala kepada murid dan orang tua/wali murid.
Hal lainnya yang saya lakukan untuk mengatasi perundungan adalah dengan
membuat keyakinan kelas,keyakinan kelas
ini dibuat sebelum proses pembelajaran dimulai, keyakinan kelas
harus berpihak pada murid dan dirumuskan bersama murid untuk membangun
kemandirian mereka. Keyakinan kelas dibuat secara universal yang mencakup
berbagai aspek kesepakat atau aturan yang sudah berlaku di dalam kelas
tersebut.Keyakinan Kelas bersumber dari nilai-nilai positif yang dimiliki
murid, harapan yang diinginkan murid dan harapan guru pada murid. Keyakinan
Kelas berupa kalimat positif, lugas, mudah dipahami dan bisa ditinjau untuk
dikembangkan. Murid sendiri yang menentukan, tentu dengan arahan guru. Murid
diarahkan untuk memunculkan usulan, ide, dan gagasannya tentang bagaimana
mewujudkan kelas yang nyaman, sekaligus disiplin dan mendukung pencapaian
tujuan pembelajaran.Salah satu isi keyakinan kelas yang kami buat adalah saling
menghargai,menghormati dan menyayangi sesama teman.
Bullying merupakan contoh perilaku buruk. Bapak ibu guru hebat,sebagai
orang tua murid di sekolah kita wajib
membantu pelaku bullying untuk menghentikan perilaku buruknya, jangan
mengucilkan mereka. Selain korban, pelaku juga membutuhkan penanganan supaya
tidak melakukan pembullyan lagi. Ajarkan pada mereka bersimpati dan berempati
pada orang lain. Selain itu berikan juga pengetahuan bahaya pembullyan terhadap
korban-korbannya.
Dampak bullying bagi korbannya sangatlah dahsyat. Beberapa contoh dampak
bullying antara lain: depresi dan gangguan kecemasan, merasa sedih dan
kesepian, terjadinya perubahan pada pola tidur dan makan, berkurangnya
ketertarikan terhadap aktivitas yang sebelumnya disenangi, masalah kesehatan,
hingga menurunnya prestasi akademis. Bagi pelaku, dampaknya bisa sampai pada
kriminalitas. Nah bapak ibu guru hebat, yuk kita hentikan segala bentuk
perundungan di sekitar kita!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar