Minggu, 19 Maret 2023

 

JURNAL DWI MINGGUAN

 MODUL2.3

COACHING UNTUK SUPERVISI PENDIDIKAN

CICIN RESNAWATI_CGP ANGKATAN 7_SDN 2 SUKAMUKTI_KAB.GARUT

Dalam jurnal dwi mingguan ini saya merefleksikan hasil kegiatan saya selama mengikuti pembelajaran melalui LMS,selain itu jurnal refleksi ini saya tulis sebagai media yang mendokumentasikan perasaan,gagasan dan pengalaman serta praktik baik yang telah saya lakukan .Model refleksi yang saya gunakan adalah 4F (Fact,Feelings,Findings,Future)

Kali ini saya akan coba merefleksi pembelajaran dan aktivitas pembelajaran yang telah dilakukan di Learning Management System (LMS). Kegiatan dimulai dari modul 2.3.a.3 sampai post tes modul 2

 

1. Facts (Peristiwa)

Di minggu ini ada beberapa aktivitas pembelajaran yaitu diawali mulai dari 2.3.a.3 mulai dari diri diana saya membuat blog yang berisikan jawaban dari pertanyaan pemantik yang diberikan untuk merefleksikan diri saya tentang supervise di sekolah saya, kemudian masuk ke eksplorasi konsep, modul 2,3,a,4,1 yang membahas tentang coaching, perbedaan antara metode pengembangan diri coaching, mentoring, konseling, fasilitasi dan training, konsep coaching secara umum, bagaimana coaching dilakukan dalam konteks pendidikan, paradigma coaching dilihat dari system Among yang merupakan konsep dari Ki Hajar Dewantara, selanjutnya masuk ke modul 2.3.a.4.2 tentang eksplorasi paradigma berpikir coaching dan prinsip-prinsip coaching dalam komunikasi yang memberdayakan untuk pengembangan kompetensi, juga mengaitkan antara paradigma berpikir dan prinsip-prinsip coaching dengan supervise akademik, selain itu disana juga dijabarkan perbedaan antara coaching, kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi dalam rangka memberdayakan rekan sejawat, dibantu dengan video percakapan coaching yang membantu saya memahami tentang bagaimana seharusnya menjadi seorang coach yang baik.

Selanjutnya di modul 2.3.a.4.3 di Bahas tentang kompetensi inti coaching dan TIRTA. sebagai alur percakapan coaching , disini dipelajari alur coaching mulai dari Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan Tanggung jawab yang diakronimkan menjadi TIRTA, diharapkan akan seperti air yang mana komunikasi bisa mengalir, disini juga dibahas tentang inti coaching yaitu presence kehadiran penuh yang terlihat pada coach, dengan memberikan perhatian penuh akan apa yang disampaikan oleh coachee, menjadi seorang pendengar aktif dengan sesekali memberikan tanggapan atas apa yang sedang dibicarakan oleh coachee, dan dibahas tentang keterampilan membuat pertanyaan berbobot dalam percakapan coaching, selain itu, modul ini juga membahas tentang jalannya percakapan coaching untuk membuat rencana aksi, coaching untuk melakukan refleksi, coaching untuk memecahkan masalah dan coaching melakukan kalibrasi, selanjutnya di forum diskusi eksplorasi kami salingmelakukan pemantapanpemahaman dengan berdiskusi antar CGP.

Pada modul 2.3.a.5 yaitu ruang kolaborasi saya berpasangan dengan Bu Mirsa melakukakn sebuah percakapan coaching untuk benar-benar memberikan pengalaman coaching secara nyata dengan teman sesame CGP, dan hasil percakapan divideokan dan diunggah sebagai salah satu tagihan dari LMS, kemudian pada modul 2.3.a.6 demonstrasi kontekstual, kami dikelompokkan dengan beranggotakan 4 orang (Bu Mirsa, saya, Bu Siti Damayanti dan Bu Nyimas), kami membuat video percakapan dengan 2 CGP menjadi observer, 1 CGP lain menjadi coach, dan 1 CGP lainnya menjadi Coachee, kami melakukan secara bergiliran, kegiatan ini menambah pemahaman kami tentang bagaimana seharusnya menjadi observer, apa yang perlu diperhatikan pada saat pra observasi, saat observasi dan pasca observasi.

2. Feelings (Perasaan)

Saya antusias dan sangat semangat mengikuti aktivitas pembelajaran tentang coaching ini. Pada modul 2.3. ini, Saya menjadi begitu penasaran di awalnya bagaimana menjadi coach yang baik, dan kemudian merasa senang sekali karena semuanya terjawab di modul ini ditambah dengan beberapa praktik langsung bersama para CGP membuat pemahaman baik tentang modul 2. Dari hasil praktik saya merasa masih banyak kekurangan sehingga merasa bersemangat untuk belajar lagi dan berusaha memahami tentang coaching, bagaimana membuat pertanyaan berbobot, dan bagaimana bersikap sebagai coach yang baik.

3.  Findings (Pembelajaran)

Informasi, pengetahuan dan pengalaman baru pada modul 2.3. memberi saya banyak pengetahuan dan pembelajaran yang banyak tentang bagaimana menjadi coaching yang baik dan bagaimana melakukan supervise akademik yang baik yang dapat membantu pengembangan diri rekan sejawat, ada fase ini saya diajak untuk meninjau ulang keseluruhan materi pembelajaran di Modul 2:yang pernah saya dapati mulai dari konsep Ki Hajar Dewantara tentang tujuan pembelajaran, tentang peran dan nilai guru penggerak, tentang pembelajaran berdiferensiasi yang berkaitan juga dengan Pembelajaran Sosial dan Emosional yang semuanya berkaitan dengan coaching dan supervise akademik, di modul ini juga saya mencoba merancang sebuah aksi nyata supervisi akademik terhadap rekan sejawat, untuk membantunya mengembangkan kemampuan diri rekan sejawat.

4. Future (Penerapan)

Sebagai seorang guru, saya tentunya sering menjumpai banyak permasalahan di lapangan yang terkait dengan potensi para murid dan mungkin rekan sejawat. permasalahan tersebut seringkali menjadi salah satu penghambat kemajuan seseorang dalam mencapai tujuannya, bahkan mereka bisa saja tidak sadar akan kemampuan dan kekuatan yang mereka miliki untuk menyelesaikan permasalahannya. Oleh karena itu, coaching sangat perlu dilakukan untuk bisa membantu mengatasi permasalahan tersebut. Selanjutnya saya berharap praktik baik ini bisa dilakukan juga oleh rekan sejawat lainnya. Sehingga semua mampu menjadi coach yang baik bagi muridnya dan orang lain.

Terima kasih

Kamis, 09 Maret 2023

 

                   2.2.a.8 Koneksi antar materi Modul 2.2  

CICIN RESNAWATI
CGP ANGKATAN 7
KAB.GARUT


  • Sebelum mempelajari modul ini, saya berfikir bahwa sebagai seorang pendidik saya sudah menerapkan pembelajaran yang berpihak pada murid, yang memfokuskan pada keterampilan aspek kognitif maupun intelegensi pada murid yang sesuai dengan bakat serta minat murid dan mempertimbangkan profil belajar murid. Sehingga harapannya mampu mewujudkan lulusan yang berprestasi dan unggul secara akademik serta menuntun kodrat seorang murid untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. tetapi setelah mempelajari modul 2.2.a.8 mengenai Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) ternyata konsep pemahaman saya selama ini salah. Sebagai seorang pendidik kita hendaknya juga memerapkan pembelajaran sosial emosial untuk  melatih murid agar dapat memahami, mengolah, dan mengekspresikan aspek sosial dan emosional pada diri murid agar sukses, memiliki kesadaran diri, mampu memanajemen diri, memiliki kesadaran sosial membangun hubungan relasi dengan orang lain, menyelesaikan masalah sehari-hari dan mampu mengambil keputusan yang bertanggungjawab. Hal ini penting dilakukan agar seorang murid dapat beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan. Selama ini guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran hanya memberikan ruang belajar yang tidak cukup.Kecerdasan emosional tidak kalah penting dengan kecerdasan intelejensi bahkan lebih penting. Dengan memiliki ketermapilan sosial emosional diharapkan anak mampu bersosialisasi denga orang lain dan survive ditengah arus perubahan zaman  sehingga memiliki kesadaran penuh (mainfullness)
  • Berkaitan dengan  kebutuhan belajar dan  lingkungan yang aman dan nyaman untuk menfasilitasi seluruh siswa di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejateraan psikologis (well-being), 3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari antara lain;
    1.  Konsep pembelajaran sosial dan emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL  (Collaborative for academic,Sosial and Emosional Learning)yang bertujuan untuk mengembangkan 5 kompetensi sosial dan emosional (KSE) yang terdiri dari; kesadaran diri,manajemen diri,kesadaran sosial,ketermpilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Kesadaran  diri adalah  pengetahuan untuk memahami perasaan,emosi dan nilai nilai diri sendiri dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai konteks kehidupan. Manajemen diri adalah kemampuan untuk mengelola emosi,pikiran dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi untuk mencapai tujuan dan aspirasi.Sedangkan Kesadaran sosial adalah kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati terhadap orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Kemampuan berelasi adalah kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat dan suportif.Dan Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab adalah kemampuan untuk mengambil pilihan pilihan yang membangun yang berdasrkan atas kepedulian,kapasitas dalam mempertimbangkan standar standar etis dan rasa aman dan untuj mengevaluasi mamfaat dan konsekuensi dari bermacam macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri,masyarakat dan kelompok.
    2. pemahaman   konsep kesadaran penuh   (mindfulness) sebagai dasar penguatan 5 Kompetensi Sosial dan    Emosional    (KSE) serta bagaimana mengimplementasikan pembelajaran sosial emosional di kelas dan sekolah melalui 4 indikator,   yaitu: pengajaran eksplisit, integrasi dalam   praktek mengajar guru dan kurikulum    akademik,         penciptaan    iklim    kelas    dan    budaya    sekolah,    dan penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah

  • Pengajaran      eksplisit      adalah      Implementasi      PSE      dengan      pengajaran eksplisit    memastikan murid memiliki kesempatan yang konsisten untuk menumbuhkan,   melatih,   dan  berefleksi   tentang       kompetensi   sosial   dan emosional       dengan   cara   yang   sesuai      dan   terbuka   dengan   keragaman budaya.   Pengajaran eksplisit KSE dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan kokurikuler   dan   ekstrakurikuler.       Pendidik   dapat   menggunakan  berbagai proyek,  acara atau  kegiatan sekolah  yang rutin  untuk mengajarkan kompetensi sosial dan emosional secara eksplisit.Integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik untuk;
    1. Mengintegrasi KSE dalam  praktek mengajar  guru  dan  kurikulum  akademik, tujuan Kompetensi Sosial Emosional dapat diintegrasikan ke dalam konten pembelajaran dan strategi pembelajaran pada materi akademik, serta musik, seni, dan pendidikan jasmani
    2. Penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah adalah Salah satu upaya mengubah lingkungan sekolah (iklim kelas dan sekolah), adalah melalui praktik guru dan gaya interaksi mereka dengan murid, atau dengan mengubah peraturan dan harapan sekolah
    3. Penguatan   kompetensi sosial dan emosional   pendidik dan tenaga kependidikan(PTK) di sekolah dapat melalui langkah -- langkah yaitu Memodelkan (menjadi teladan) Belajar, dan berkolaborasi
  • Kesejahteraan psikologis [well-being] adalah kondisi individu yang meiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan diri
  • Perubahan yang saya terapkan di kelas pada anak didik : Saya akan menerapkan pembelajaran sosial emosional di kelas yang akan saya integrasikan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran serta bersinergi dengan tujuan akademisi. Pengajaran terhadap materi akan lebih bermakna dengan membangun konsep mindfulness pada diri seorang murid. Sehingga tidak hanya mampu cerdas secara intelegensi akan tetapi juga memiliki kecerdasan secara sosial dan emosional. Jika seorang murid mampu mengelola kecerdasan sosial emosionalnya mampu mengambil keputusan yang bertanggungjawab atas dirinya, serta menerapkan lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi murid yang sesuai dengan kebutuhan belajar murid.
  • erubahan yang saya terapkan pada teman sejawat: Saya akan menyosialisasika Pembelajaran sosial emosional kepada rekan sejawat, mengajak rekan sejawat serta dapat memotivasi untuk menerapkannya dikelas. Menumbuhkan konsep pemikiran bahwa pembelajaran dikelas tidak hanya fokus pada penguasaan secara akademik saja, melainkan pentingnya melatih kesadaran sosial emosional pada murid, agar memiliki kesadaran penuh (mindfulness). Sebelum menerapkan didalam pembelajaran saya akan mengajak rekan sejawat untuk Bersama-sama mampu mengelola emosional pada saat menghadapi perilaku setiap murid. Karena setiap pribadi tentunya memiliki latar belakang, profil belajar yang berbeda-beda.  Dengan penguatan PSE pendidik   mampu memfasilitasi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid 
  • dan mengelola kecerdasan sosial emosional murid, sehingga memiliki konsep pemikiran yang kritis, lebih matang dalam berfikir, memperhatikan aspek sosial, berempati dengan situasi dan kondisi dilingkungan sekitar serta memiliki kesadaran penuh (mindfulness) sehingga murid menjadi pribadi yang berilmu, bermoral dan bermartabat dan mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (wellbeing student)
  • Modul Pembelajaran Sosial Emosional memiliki keterkaitan dengan modul- modul sebelumnya. Dengan penerapan pembelajaran Sosial Emosional ini harapannya seorang pendidik mampu menciptakan lingkungan belajar yang aman nyaman bagi murid, dengan mengelola kesadaran penuh (mindfullness) pada murid. Selain itu melalui pembelajaran sosial emosional ini guru mampu menerapkan pembelajaran yang berpihak pada murid dengan mempertimbangkan kebutuhan belajar murid yang mencakup kesiapan belajar murid, minat belajar murid, dan profil belajar murid sehingga mampu memberikan pembelajaran yang berdiferensiasi. Hal ini juga diharapkan mampu mewujudkan visi guru penggerak serta terciptanya budaya positif dilingkungan sekolah. Nilai dan peran seorang guru penggerak disini juga mampu mendukung terwujdunya wellbeing


  




Technical Meeting Peserta KmL Wilayah utara

  Hari ini tanggal 1 Juni bertepatan dengan hari lahirnya Pancasila,panitia KML melaksanakan technical meeting.Kegiatan KML ini dilaksanakan...